Premier Indonesia Perluas Pangsa Pasar

Ada alasan kuat mengapa Premier Indonesia begitu menarik untuk dikupas kiprahnya. Pertama, mereka merupakan pengembang yang berbasis di Prancis dan anak usaha Les Nouveaux Constructeurs yang popular di Berlin (Jerman), Los Angeles (Amerika Serikat), Madrid dan Barcelona (keduanya Spanyol). Kedua, rekam jejaknya relatif bersih dalam arti belum ada kasus wanprestasi yang merugikan konsumen. Dan ketiga, kualitas produk propertinya, tak diragukan.

Namun, dari semua itu, yang paling menarik adalah diferensiasi pada strategi bisnis yang mereka terapkan. Tidak seperti investor atau pengembang asing lainnya yang mamafhumkan akuisisi proyek atau perusahaan mati. Mereka justru mau bersusah payah, mengembangkan properti dari nol. Mulai dari persiapan konsep, pengadaan lahan, pemasaran dan penjualan hingga realisasi dan delivery.

Sejatinya, Premier Indonesia hadir di Indonesia sejak sebelum krisis tahun 1998. Tak banyak yang mengetahui tentang ini. Padahal dari sinilah titik awal eksistensi dan rekam jejaknya. Namun begitu, krisis tak menghalangi mereka untuk menggarap pasar Indonesia. Produk debutannya adalah Taman Provence seluas 3 Ha di kawasan BSD City. Chairman of The Board Premier–Les Nouveaux Constructeurs (LNC) Olivier Mitterand yang ikut dalam peluncuran perdana, mengatakan, Indonesia adalah negara besar dengan market yang juga besar dan luas. Jadi, walaupun terkena krisis, mereka tetap meneruskan pembangunan karena komitmen terhadap pasar yang membutuhkan hunian berkualitas.

Kini, Premier Indonesia aktual telah menjelma menjadi pengembang yang laik diperhitungkan. Dengan komposisi dua pemegang saham dominan; Les Nouveaux Constructeurs dan Qeystone Investment masing-masing berporsi 51% dan 49%, Premier Indonesia tampil solid dan taktis. Bahkan kian agresif. Karya mereka tersebar di kantung-kantung perumahan strategis Jadebotabek. Ada 12 portofolio yang sudah mereka kembangkan. Sebut saja, Fontainebleau Golf Residence, Central Park, Premier Residence, La Vanoise Village, dan Pinang Ranti Mansion (lengkapnya lihat tabel).

Empat di antara 12 perumahan itu merupakan hasil kolaborasi dengan PT Modernland Realty Tbk. Lainnya berkongsi dengan Grup Duta Pertiwi, PT Cisadane Riverpark dan beberapa landlord berbadan hukum lainnya. Mengenai kerjasama ini, ada beberapa kriteria khusus yang menjadi konsentrasi mereka. Menurut Presiden Dirketur Premier Indonesia Tommy Wong, yang terutama adalah aspek legalitas yang harus bersih dan jelas.

Berikutnya, seperti ditambahkan Direktur Pengembangan Bisnis Hendra Purnama adalah luasan lahan. Mereka menerapkan formulasi tersendiri mengenai dimensi lahan yang akan digarap. Berkisar antara 3-10 Ha. Pertimbangan penetapan luas lahan ini menyangkut efisiensi ongkos ekonomi dan prinsip value for money.

Strategi bisnis lainnya adalah memperluas pangsa pasar, dengan menggarap kelas menengah-menengah. Selama ini, dikatakan Tommy, Premier Indonesia identik dengan produk menengah atas seharga rata-rata lebih dari Rp1,5 miliar. Orientasi terkini adalah melansir produk dengan patokan harga antara Rp600 juta-1 miliar.

Ini dilakukan atas motivasi dasar bahwa kelas menengah-menengah Indonesia ceruk dan populasinya jauh lebih luas dan banyak. Potensinya dalam memberikan kontribusi untuk target peningkatan penjualan pun, tak dimungkiri.  Jika tahun ini target perolehan ‘hanya’

Rp300 miliar, maka tahun 2011 mendatang ditingkatkan 40% lebih tinggi.

Guna merealisasikan peningkatan target tersebut, imbuh Hendra, Premier Indonesia akan memulainya dengan melansir Natura Residences by Premier di Cimone, Tangerang. Bekerjasama dengan PT Bayu Aji sebagai pemilik lahan. Embel-embel ‘by Premier’ disematkan di belakang nama proyek dengan maksud sebagai penegasan. Bahwa meski produk ini merupakan second liner, namun dibangun oleh pengembang dengan reputasi meyakinkan.

Selain di Cimone (seluas 5 Ha) yang akan dipublikasikan pada November nanti, dalam tahun anggaran 2010-2011, Premier Indonesia juga merencanakan mengembangkan tiga proyek baru lagi. Masing-masing di Kota Modern seluas 4 Ha (Februari 2011), kawasan Jakarta Timur (6 Ha) dan Jakarta Barat 10 Ha.

“Dalam setahun, kami harus dapat membangun empat proyek baru. Sesuai dengan ketetapan kantor pusat (principal) di Prancis. Nanti, setelah semuanya rampung, kami juga berencana melakukan ekspansi ke luar wilayah Jadebotabek. Kota-kota besar yang kami incar adalah Bandung, Surabaya, Medan dan Palembang,” ungkap Tommy.

Keempat proyek anyar tersebut membutuhkan dana investasi tak kurang dari Rp1,5 triliun-2 triliun, dengan asumsi nilai per proyek sekitar Rp200 miliar-500 miliar. ‘Tergantung luas lahan, lokasi dan kelasnya. Nominal tersebut  adalah kisarannya,” tambah Hendra seraya menjelaskan bahwa dana yang dimanfaatkan sepenuhnya berasal dari ekuiti perusahaan.

Satu Tanggapan

  1. Saya ingin bertanya tentang proyek Premier terbaru di jakarta timur, apakah benar di daerah rawamangun? kalo tidak salah saya pernah dengar namanya Premier Riviera.. Thanks sebelumnya.

Tinggalkan komentar