Si Cantik Loemongga Haoemasan

Cantik, cerdas, menarik, dan memesona. Tak ada yang menafikan kemenawanan ragawi perempuan indah satu ini. Loemongga Nansanggoel Haoemasan Nasution. Demikian nama panjangnya, yang cukup disingkat dengan Mongga. Kesempurnaan fisik, tinggi 170 cm dan bobot 50 kg, ini sempat wara wiri, dan tak dapat dibantah, sanggup menceriakan dunia hiburan televisi dan model kurun 1990-an. Kendati tak lama, Mongga mendapat banyak pengalaman dan pelajaran berharga dari sini. Bagaimana artifisialnya tingkah laku para selebritas hingga gosip yang sanggup meruntuhkan konstruksi sosial bernama keluarga. Tentu saja, tak hanya itu, Mongga juga menjadi lebih bernyali untuk mengambil peluang dan risiko yang bisa sama besarnya dan berguna untuk bisnis yang kelak dijalaninya.

Karenanya, tak sepenuhnya ia lantas meninggalkan dunia hiburan usai disunting Agus Gumiwang Kartasasmita lebih sewindu silam. Pemilik sepasang bola mata bening yang selalu berbinar ini masih bersentuhan dengan dunia yang telah memberikannya banyak uang dan ketenaran. Meski, “Cukup di belakang layar saja,” ujarnya seraya tersenyum renyah, menampakkan barisan rapi gigi putihnya.

Keterlibatan Mongga di bisnis hiburan ini tentulah dengan pertimbangan matang dan juga berkonsep. “Tidak asal ‘memeriahkan’ hiburan di televisi. Saya menawarkan konsep,” ungkapnya. Pendiri dan owner rumah produksi KEP Media ini kemudian membidani kelahiran sinetron bergenre religi Rahasia Ilahi yang ramai dilatahi rumah produksi lain.

Aktualitas lulusan Boston College jurusan finance selepas berlenggak-lenggok di atas catwalk maupun depan kamera, ini tak sebatas memproduksi sinetron. Mongga kemudian menggeluti bisnis distribusi sepatu merek dagang Vincci asal Malaysia dengan membuka gerai pertamanya di Mal Taman Anggrek. Sebelum akhirnya jatuh cinta pada bisnis dan industri properti. Berbendera A/L Development, sejak tiga tahun lampau, Mongga bersama dua temannya, yang tentu saja sama cantik dan wanginya, telah melansir tiga proyek properti eksklusif. Rumah Cira di Cipinang, Jakarta Timur, Rumah Bangka di Jakarta Selatan dan Nirvana Boutique Residence di Kemang, Jakarta Selatan.

“Properti yang kami tawarkan bukan sekadar komoditas atau produk yang dijual. Lebih dari itu, kami membuatnya sebagai karya yang ‘dipahat’, hasil dari olah rasa dan olah seni tingkat tinggi. Saya terlibat langsung dalam desain, maupun pemilihan material. Saya ingin properti yang dibangun sesuai keinginan pembeli. Dalam setiap proyek saya pasti memosisikan diri saya sebagai calon konsumen yang punya keinginan banyak dan berbeda-beda. Kalu saya merasa tak nyaman, desain dan materialnya akan saya ubah sampai akhirnya saya betul-betul nyaman,” paparnya berpromosi. Itulah sebabnya Mongga tak berani mengembangkan properti secara massal, yang ditakutkannya akan menurunkan eksklusifitas dan kualitas.

“Kelebihan kami di dua poin tadi. That’s why, the price is high enough,” kata ibu dua putri Ghaniya Kartasasmita dan Ghaziya Kartasasmita ini. Perlakuan sama juga diimplementasikannya kala membangun Nirvana Boutique Residence (dan kelak Kamala Resort di Seminyak, Bali,) yang dihargainya senilai lebih dari Rp2,5 miliar-Rp8,2 miliar/unit. Seluruh 56 unitnya dirancang penuh ‘keintiman’ dan keistimewaan. Dengan sentuhan ‘rasa Mongga’ Nirvana menjadi transformasi paripurna dari surga dunia. “Itu kata klien saya yang telah membeli sebanyak dua unit, lho. Hahaha….,” tukas Mongga terbahak, apa adanya.

Dan, memang, surga dunia itu telah dirintis di Kemang. Tidak berbentuk kotak sabun berdesain kaku dan serba ‘minimal’ sebagaimana apartemen-apartemen di pusat kota yang sekaligus mengkotakkan penghuninya. Ia lebih merupakan bentuk vertikal rumah tinggal yang dapat mengeksplorasi potensi penghuninya, tidak hanya sebagai manusia, tapi juga manusia seutuhnya yang menginginkan semua kebutuhannya terakomodasi dengan sempurna. Tentu saja dalam wujud pemikiran si rupawan, Loemongga….